PATAHAN BESAR SUMATERA AKTIF, TAPANULI UTARA BERGOYANG

Tarutung ()

Gempa tektonik berkekuatan 4,8 skala ritcher mengguncang Tapanuli Utara (11/7) pada pukul 14.16 WIB selama kurang lebih 10 detik. Berdasarkan keterangan dari BMG SUMUT pusat gempa berada pada lokasi 1,82 Lintang Utara 99,15 Bujur Timur atau 26 kilometer sebelah Tenggara Kabupaten Tapanuli Utara dengan kedalaman 10 kilometer. Akibat dari gempa tersebut, lonceng gereja HKBP Pangaloan di Pahae Jae berbunyi sendiri dan terdengar sangat keras..

Gempa yang juga terasa di wilayah Tapanuli Tengah dan Sibolga pada III-IV MMI ini terjadi akibat pergeseran lempeng bumi yang disebut dengan "patahan besar sumatera" atau sering dikenal dengan istilah "semangko". Patahan atau dengan bahasa lain "sesar" inilah yang sering dituding menjadi penyebab gempa di wilayah Sumatera sebagaimana yang memporak porandakan Aceh Tahun 2004 dan di Kabupaten Bener Meriah yang terjadi dua kali periode pada Selasa (2/7) kemarin.

Kerry Sieh, seorang peneliti dari Seismological Laboratory, California Institute of Technology, Pasadena bersama Danny Natawidjaja dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dalam jurnalnya yang diterbitkan oleh Journal of Geophysical Research, Vol. 105, N0. B12, pada Tanggal 10 Desember 2000 mengatakan bahwa Patahan ini memiliki panjang 1900 km, sangat aktif dan berupa, strike-slip atau sesar geser. Zona sesar ini membentang sepanjang sisi barat Pulau Sumatera, yang tentu saja, sering menimbulkan bahaya seismik karena sesar ini melewati kawasan yang padat penduduk di dan sekitar zona sesar.

Patahan Sumatera ini sangat tersegmentasi, dan terdiri dari 20 segmen geometris yang didefinisikan utama, yang berkisar panjang dari sekitar 60 sampai 200 km. Panjang segmen ini dipengaruhi dimensi sumber gempa dan telah membagi menjadi patahan-patahan lebih pendek yang secara historis telah menyebabkan gempa dengan kekuatan antara Mw 6,5 hingga 7.7. Kecepatan pergeseran yang tercatat disepanjang sesar arah barat laut ini sekitar 5mm/yr, di sekitar Selat Sunda, dan memiliki kecepatan pergeseran hingga 27mm/yr di sekitar Danau Toba. Nilai-nilai besaran pergeseran ini yang memberikan data dasar kuantitatif untuk memperhitungan rata-rata periode timbulnya gempa-gempa ini yg dapat diperhitungkan untuk memperkirakan perulangan gempa bumi besar di setiap segmen.

Patahan Sumatera adalah patahan aktif yang sudah bergerak sejak ribuan tahun lalu yaitu saat terbentuknya kepulauan Indonesia akibat adanya tumbukan tiga lempeng besar dunia sekitar 45,6 juta tahun yang lalu, yaitu  Lempeng Samudera Hindia-Australia yang bergerak relatif ke utara, lempeng Benua Eurasia yang bergerak keselatan dan Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak ke Barat.

Tekanan Lempeng Samudera Hindia-Australia yang menyebabkan posisi Pulau Sumatera seperti hari ini tergeser dan mengalami rotasi sehingga membentuk sudut dengan Khatulistiwa. Padahal menurut para ahli geologi, awalnya Pulau Sumatera posisinya sama dengan pulau Jawa yaitu sejajar garis Khatulistiwa.

Namun posisinya saat ini membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi khatulistiwa, seolah membagi pulau Sumatra atas dua bagian, Sumatra belahan bumi utara dan Sumatra belahan bumi selatan. Adanya tumbukan lempeng tersebut juga menyebabkan munculnya perbukitan yang kemudian dikenal dengan nama Bukit Barisan yang posisinya sejajar dengan patahan.
 
Oleh karena itu sepanjang Bukit Barisan terdapat lembah yang lurus dan memanjang, lembah-lembah ini merupakan zona lemah Patahan Besar Sumatera, di mana kulit bumi mengalami retakan, dan satu sisi dengan sisi lainnya bergerak horizontal.

Pola pergerakan pada umumnya ke kanan, yaitu blok timur bergerak ke tenggara dan blok barat sebaliknya. Zona lemah tersebut mulai selatan meliputi lembah Semangko (Teluk Semangko di Lampung),  Kepahiang, Ketahun, Kerinci, Muara Labuh, Singkarak Maninjau, Rokan Kiri, Gadis, Angkola, Alas, Tangse, dan lembah Aceh. Zona lemah tersebut berpotensi memicu terjadinya gempa darat.

Pusat gempa di Patahan Sumatera pada umumnya dangkal dan dekat dengan permukiman. Dampak energi yang dilepas dirasakan sangat keras dan biasanya sangat merusak. Apalagi gempa bumi di zona patahan selalu disertai gerakan horizontal yang menyebabkan retaknya tanah yang akan merobohkan bangunan di atasnya. Topografi di sepanjang zona patahan yang dikepung Bukit Barisan juga bisa memicu tanah longsor. Adapun lapisan tanah yang dilapisi abu vulkanik semakin memperkuat efek guncangan gempa.

Beberapa tempat di Patahan Besar Sumatera merupakan pula zona lemah yang ditembus magma dari dalam bumi. Getaran gempa bumi bisa menyebabkan air permukaan bersentuhan dengan magma. Karena itu, pada saat gempa bumi, kerap terjadi letupan uap (letupan freatik) yang dapat diikuti munculnya gas beracun, sebagaimana terjadi di Suoh, Lampung, pada 1933.

Patahan Sumatera mulai banyak dikenal semenjak sering terjadinya gempa daratan di pulau Sumatera. Patahan Sumatera pernah mengakibatkan gempa besar di pulau Sumatera seperti gempa Liwa tahun 1932, 1994, gempa Kerinci 1909, 1995 yang meninggalkan kerugian jiwa dan materi yang cukup besar. (choms)

Share on Google Plus

About chompey

If you need me to solve your problem, just call me... at chompey@ymail.com

0 komentar:

Ads Inside Post