Catatan : Tapanuli Utara, Tanah Kosong dan Raskin

Tiba-tiba saya ingat almarhum Gustav Sinaga, mantan Bupati Tapanuli Utara di era 1980-an. Pernah suatu waktu, saya dan Effendi Naibaho serta almarhum John Panjaitan sebagai Wartawan Harian SIB berkunjung kekamar kerjanya dan berbincang ria.

"Ai so tarhatahon tungil ni tano di Tapanuli Utara on. Pas do songon tungil ni ulu hon", kata Gustav waktu itu sambil meletakkan telunjuknya ke bagian kepala sang bupati. Jhon tertawa. Tapi saya dan Effendi yang tak paham apa yang dimaksud dengan kata tungil saling berpandangan. Keadaan itu cepat diketahui Gustav.

"Tungil itu artinya tandus, gersang", Gustav menjelaskan. Saya, Effendi sontak tertawa.Kami bukan menertawakan bumi Tapanuli Utara yang disebut almahum Gustav Sinaga sebagai daerah yang tungil, tapi justru mentertawakan gaya dan cara almarhum yang menyamakan bagian kepalanya yang tidak ditumbuhi sehelai rambut itu pun dengan tandus serta gersangnya bumi Tapanuli Utara.

Tapi seiring dengan perkembangan masa, di masa kepemimpinan almarhum TMH Sinaga, RE Nainggolan hingga Toluto sebagai Bupati Tapanuli Utara ,orang-orang mulai mengusahakan tano-tano tungil versi almarhum Gustav Sinaga itu. Di kawasan Simate-mate arah jalan raya jurusan Tarutung - Sibolga,almarhum TMH Sinaga sendiri mengusahakan perkebunan singkong, juga di kawasan Kecamatan Sipoholon serta Kecamatan Lumbanjulu. Termasuk, usaha perkebunan kelapa sawit di kawasan Kecamatan Habinsaran yang waktu itu masih dalam teritorial Tapanuli Utara. Ada juga Rihol Sihotang yang pernah menjadi Bupati Asahan, membuka perkebunan kelapa sawit di perbatasan Kecamatan Pakkat dan Tara Bintang.

Lantas, Toluto pun membuka areal pertanian di kawasan Huta Namora, termasuk Sanggam Hutagalung ketika menjadi Sekdakab Tapanuli Utara, diikuti Mariani Simorangkir waktu menjadi Kepala Dinas Pendidikan Tapanuli Utara. Termasuk pembuatan areal pertanian milik Toluto di kawasan Dusun Siarang-arang yang belakangan dikenal sebagai Vanana Garden. Dan banyak lagi, dan banyak lagi petinggi pemerintahan di Tapanuli Utara yang lambat-lambat tapi pasti menguasai serta mengusahai lahan-lahan tungil itu. Semuanya sekarang sudah berubah. Tano tungil yang disimpulkan almarhum Gustav Sinaga akhirnya harus dikaji  ulang. Sepertinya, bumi Tapanuli Utara yang tungil versi almarhum Gustav Sinaga tidak benar sekali.

Berpuluih tahun kemudian, kegemaran saya berkunjung dan menjelajah Tapanuli Utara semakin terbuka. Di kiri kanan ruas jalan Tarautung - Spahutar, Sipahutar - Pangaribuan, Pangaribuan - Garoga bahkan sampai ke kawasan Luat Silantom arah perbatasan Kecamatan Saipar Dolok Hole hingga Garoga - Sihulambu di Tapanuli Selatan (mungkin sekarang sudah masuk teritorial Paluta atau Palas), masih lebih banyak lahan-lahan kosong yang dipediarkan saja menganga rindu pada jamahan tangan manusia. Sudah barang tentu, saya tidak tahu berapa luasnya.

Di kawasan Kecamatan Parmonangan, Sipoholon di antara ruas jalan Pasar Sirongit - Lobu Sikkam, Kecamatan Siborongborong apalagi di kawasan Bahal Batu sampai di kawasan Pagar Sinondi di Kecamatan Tarutung, dan banyak lagi di antara permukiman-permukiman anak negeri yang menyebar, saya juga masih menyaksikan tanah-tanah kosong yang melompong. Tanah-tanah yang sekiranya diolah dengan ramah, akan memberi hasil yang melimpah penuh rahmah. Tapi apa boleh buat, semuanya belum diusahai secara maksimal, hingga anak negeri Tapanuli Utara masih saja hidup berselimutkan kemiskinan yang papa.

Kawasan Kecamatan Pagaran, saya pikir tak terlalu salah kalau disebut sebagai sorga pertanian Tapanuli Utara. Selain komoditas holtikultura, di  nyaris seluruh kecamatan ini tanaman tembakau bagus sekali dibudidayakan. Betul Pemkab Tapanuli Utara ada juga sedikit melirik pada tanaman tembakau ini di masa pemerintahan Toluto dengan memberi bantuan pengadaan berbagai soal. Tapi biasalah, ketika dipimpin Jhon Harry Marbun yang bukan sarjana pertanian itu, orang-orang di Dinas Pertanian Tapanuli Utara tidak mengelola  dengan baik dan benar. Berbagai bantuan yang dananya berasal dari pemerintah pusat itu pun terkesan sia-sia, tak bisa dimanfaatkan anak negeri secara maksimal. 

Saya sebenarnya,  tak hendak untuk membicarakan ketidakberhasilan Toluto di sektor pertanian khususnya selama pemerintahannya. Kurang elok rasanya membicarakan kelemahan-kelemahan Toluto apalagi sebenarnya dia sudah menjadi bagian masa lalu Tapanuli Utara. Apa sih lagi gunanya membicarkan Toluto sebab dia sekarang ini cuma ada dalam catatan sejarah Tapanuli Utara yang kelam ?

Sekarang saya cuma ingin mencambuk Nikson - Maulate agar memberi perhatian khusus dan terfokus pada tanah-tanah kosong yang masih banyak sekali di daerah yang mereka pimpin sekarang, Tapanuli Utara. Misi mereka untuk menjadikan Tapanuli Utara sebagai industri pertanian dengan program unggulan yang antara lain pertanian, sesungguhnya harus diwujudnyatakan tidak cuma dengan kata-kata semata. Kalau cuma kata-kata, bisa-bisa akhirnya menjadi kata cuma-cuma.

Sampai sekarang, sektor pertanian merupakan tulang punggug perekonomian daerah itu dan penghasil nilai tambah dan devisa mau pun sumber penghasilan atau penyedia lapangan pekerjaan sebahagian besar penduduknya. Hal ini bisa dilihat dari kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB  2009 misalnya, yang masih dominan mencapai 54,74 persen daritotal PDRB yang dihasilkan. Karena itu, wajar bahkan haruslah Pemkab Tapanuli Utara yang sekarang dipimpin Nikson - Mauliate memberikan fasilitas serta dorongan yang lebih baik dan terarah  khususnya di sektor pertanian ini.

Dalam catatan saya, dari 15 program unggulan Nikson - Mauliate dalam sektor pertanian antara lain adalah menyediakan bibit unggul dan varietas baru serta penyediaan pupuk bersubsidi dengan sistem pembayaran pasca panen, ,  mengembangkan sistem pemasaran dan kegiatan promosi hasil pertanian, memberirkan kredit permodalan dan asuransi (pengganti modal) kepada petani karena gagal panen yang disebabkan oleh bibit dan kesalahan penyuluh, menyediakan penyuluh yang berkualitas, mengirim petani berprestasi untuk magang di dalam  luar negeri, dan sebagainya, dan sebagainya.

Kalau mau dilanjutkan, ada lagi mengembangkan agroindustri untuk mengolah produk pertanian primer menjadi produk industri, meningkatkan pemanfaatan teknologi pertanian mulai dari budi daya,pasca panen dan pengemasan serta membentuk pusat pemasaran dengan sarana pasar yang memenuhi standart hiegenis, meningkatkan produksi perikanan darat melalui budi daya ikan di kolam air tenang, kolam air deras dan pemberdayaan Balai Benih Ikan di Desa Hutabarat, Kecamatan Pahae Jae, Siborongborong dan Silangkitang, serta jaring apung di Kecamatan Muara. Akh, akh, saya pun tak begitu tertarik karena semuanya saya nilai cuma cerita yang cuma nikmat di atas kertas belaka.

Bagi saya, keberhasilan  Nikson- Mauliate memimpin Tapanuli Utara adalah membaiknya ekonomi makro anak negeri yang akan berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan dan meningkatnya kesejahateraan masyarakat. Presentase penduduk miskin dan penganguran harus mampu ditekan, mengingat sampai sekarang masalah penangguran dan kemiskina   masih menjadi masalah ekonomi utama yang belum bisa diatasi. 

Untuk bisa keluar dari segala macam persoalan itu, agaknya Pemkab Tapanuli Utara yang sekarang elok sekali rasanya membuat program pembukaan lahan-lahan baru untuk usaha-usaha di sektor pertanian. Kucuran dana dari APBD tahun mendatang, agaknya perlu difokuskan untuk membuka lahan-lahan baru yang selama ini masih merupakan tanah kosong yang tak pernah diusahai. Gaya dan cara yang dilakukan barangkali bisa meniru atau mengadopsi model Pemkab Pakpak Bharat. Dengan membeli traktor sekaligus memberi pinjaman modal untuk usaha - usaha di sektor pertanian secara luas. Meski program unggulan di sektor pertanian versi Nikson - Mauliate boleh jadi sudah cukup bagus, tapi pembukaan lahan-lahan baru hingga tak lagi menjadi tanah kosong melompong barangkali merupakan sesuatu yang perlu untuk dipikirkan.

Tanah-tanah kosong yang rindu jamahan tangan, masih menyebar di Tapanuli Utara. Inilah sebabnya antara lain, masih banyak sekali anak negeri disini yang masih suka sekali mendapatkan beras miskin. Meski pun, di negeri orang lain raskin cuma digunakan sebagai makanan ternak.

- Terima kasih kepada Chompey Sibarani -

____________________________________________________________________________________________________________________

22 Mei 2014,
Ramlo R Hutabarat
____________________________________________________________________________________________________________________
.
Share on Google Plus

About chompey

If you need me to solve your problem, just call me... at chompey@ymail.com

0 komentar:

Ads Inside Post