Selembar Kertas Putih

Wednesday, April 18th, 2007 | Author: admin

Seekor anak beruang suka mencari-cari kesalahan. Dengan cekatan, ia akan mampu menunjukkan kesalahan teman-teman dan orangtuanya. Bahkan jika sesuatu terjadi pada dirinya, maka ia menyalahkan teman dan orangtuanya. “Aku jatuh karena Ayah meletakkan ember di sembarang tempat,” kata beruang kepada ayahnya saat ia terjatuh di kamar mandi.

“Kamu mengalami musibah ini karena kamu tidak berhati-hati. Oleh karena itu, kalau berjalan harus hati-hati,” kata anak beruang kepada seekor kijang yang terkilir kakinya.

Pada suatu hari, anak beruang berjalan-jalan di pinggir hutan. Matanya tertuju pada sekelompok lebah yang mengerumuni sarangnya. “Wah, madu lebah itu pasti sangat manis. Aku akan mengambilnya. Aku akan mengusir lebah-lebah itu!” Ia pun mengambil sebuah galah dan menyodok sarang lebah itu dengan keras. Ribuan lebah merasa terusik dan menyerang anak beruang. Melihat binatang kecil yang begitu banyak, anak beruang lari terbirit-birit. Lebah-lebah itu tidak membiarkan musuhnya pergi begitu saja. Satu … dua … tiga, lebah-lebah menghajar dengan sengatan. “Aduh ….. tolong ….. !” Byur!! Beruang menceburkan dirinya ke sungai. Tak lama kemudian, lebah-lebah itu pergi meninggalkan anak beruang yang kesakitan.

“Mengapa Ayah tidak menolongku? Jika Ayah sayang padaku, pasti sudah berusaha menyelamatkanku. Semua ini salah Ayah!” Ayah beruang diam sejenak, lalu mengambil selembar kertas putih.

“Anakku, apa yang kamu lihat dari kertas ini?”

“Itu hanya kertas putih, tidak ada gambarnya,” jawab anak beruang.

Kemudian, ayah beruang mencoret kertas putih dengan sebuah titik berwarna hitam.

“Apa yang kamu lihat dari kertas putih ini?” “Ada gambar titik hitam di kertas putih itu!”

“Anakku, mengapa kamu hanya rmelihat satu titik hitam pada kertas putih ini? Padahal sebagian besar kertas ini berwarna putih. Betapa rnudahnya kamu melihat kesalahan Ayah! Padahal masih banyak hal baik yang telah Ayah lakukan padamu.”

Ayah beruang berjalan pergi meninggalkan anaknya yang duduk termenung.

Pembaca, mari kita belajar mengoreksi diri sendiri sebelum kita menyalahkan orang lain. Jangan hanya melihat sisi buruk suatu masalah, tetapi kita perlu juga melihat sisi baiknya. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

Jangan jadi anak beruang, jadilah manusia!

dikutip dari http://www.henlia.com/?p=784

untuk memahami renungan tentang kehidupan, kunjungi WWW.Henlia.COM
Share on Google Plus

About chompey

If you need me to solve your problem, just call me... at chompey@ymail.com

0 komentar:

Ads Inside Post