
• Jembatan dalam sekejab jadi, tembok penahannyapun retak dalam sekejap
• Masyarakat minta PEMKAB TAPUT bertanggungjawab
Tarutung (SKPK)
Nampaknya seluruh proyek-proyek yang ditampung dalam APBD Tk. II Tapanuli Utara perlu dipertanyakan kredibilitasnya. Hal ini memang terbukti, karena hampir 80% proyek dikerjakan asal jadi dan tidak sesuai dengan tender yang telah ditanda tangani oleh PEMKAB melalui instansi terkait dan Pelaku Usaha yang diwakili oleh para kontraktor.
Proyek APBD kali ini yang disoroti banyak pihak adalah Pembangunan Jembatan Gonting Salak di Kecamatan Garoga – Tapanuli Utara yang menurut sumber SKPK di PEMKAB menelan biaya lebih dari Rp. 283.000.000,- dan anehnya lagi, proyek ini bersumber dari APBD Tahun 2008 namun selesai dikerjakan pada Bulan Mei 2009. Menurut sumber SKPK yang dapat dipercaya, pelaku usaha (kontraktor) adalah putra asal Tarutung yang meminjam nama perusahaan CV. K.L.
Yang lebih parah lagi, masyarakat sekitar yang dimintai keterangannya oleh SKPK mengatakan bahwa mereka tidak tahu itu bangunan apa dan untuk apa karena mereka tidak melihat papan nama proyek dan menganggap itu sumbangan pribadi dari Bupati Terpilih pada pemilihan putaran II kemarin. “Mungkin ini adalah sumbangan pribadi pak Bupati sebagai rasa terimakasihnya karena terpilih lagi menjadi Bupati pada Putaran II kemarin”, ujar SP ketika ditemui SKPK dilokasi jembatan. “Tapi, walaupun sumbangan kok dikerjakan asal jadi ya?”, lanjutnya penuh keheranan.
Proyek Jembatan yang bersumber dari APBD Pemkab Tapanuli Utara Tahun 2008 nampaknya telah selesai dilaksanakan, karena sumber SKPK dilapangan menyebutkan bahwa Mei 2009 yang lalu proyek ini tidak dijamah lagi. Namun masyarakat khawatir jembatan tersebut tidak akan bertahan lama dan mungkin akan menelan korban jiwa. “Kami sangat berhati-hati ketika akan melintasi jembatan tersebut”, ujar MP yang kebetulan melintas di jembatan tersebut. “Kami tahu suatu saat jembatan ini akan menelan korban jiwa, tapi kami tidak bisa apa-apa”, ujarnya menahan rasa sedih mengingat posisi dirinya sebagai masyarakat miskin yang mau tidak mau tabah menghadapi kebuasan para penguasa.
Ketika SKPK meninjau Jembatan tersebut, didapati pondasi jembatan hanya ditempelkan pada lanhoop jembatan lama dan tembok penahan dikiri kanan sudah retak-retak. Dan yang lebih mengerikan lagi, ternyata parit semen sepanjang 100m yang ikut tercantum dalam proyek tidak dikerjakan dengan benar. Parit yang direncanakan untuk menahan erosi itu harusnya terbuat dari batu cor kurang lebih 21m3 namun hanya dibuat dari batu lokal dengan campuran pasir gurung setempat.
Ir. Tanjung Purba selaku Kepala Dinas PU Kabupaten Tapanuli Utara tidak pernah berhasil ditemui SKPK untuk mengkonfirmasi mengenai masalah ini. Menurut sejumlah staf, beliau sedang berada diluar negeri. Padahal, masyarakat sangat mengharapkan jembatan tersebut segera diperbaiki untuk mencegah kehancuran dan mencegah adanya korban jiwa. (Tim/chom’s)
0 komentar:
Posting Komentar