![](http://4.bp.blogspot.com/-YwC7NaUS3YE/UaLRloSmX9I/AAAAAAAAAPE/JRiX3qNrK7U/s320/toluto-e1333337499842.jpg)
Pemecahan Kabupaten Tapanuli Utara menjadi beberapa kabupaten disebabkan oleh adanya upaya pemerataan pembangunan, di mana dengan daerah yang sangat luas dan keuangan yang terbatas maka pembangunan akan sangat terasa lamban. Dan pemecahan yang tiba-tiba inilah menyebabkan kabupaten-kabupaten pecahan dari Tapanuli Utara terkesan memiliki pembangunan yang serba cepat. Betapa tidak, kabupaten-kabupaten pecahan tersebut akhirnya memiliki anggaran tersendiri. Jalan-jalan yang dahulu tidak ada kini dibangun, perkantoran, perumahan, pertokoan, pasar-pasar, dan lain sebagainya.
Sejak berdirinya Kabupaten Tapanuli Utara hingga sekarang, para pejabat Bupati telah banyak yang silih berganti. Tentu saja kesemuanya itu berjuang untuk membangun Tapanuli Utara. Setelah lepas dari beban berat yang diembannya (wilayah yang luas, red) maka perjalanan Kabupaten Tapanuli Utara juga sudah dapat dikatakan tidak ketinggalan dengan Kabupaten pecahannya dan bahkan lebih maju walaupun secara kasat mata tidak.
Di era kepemimpinan Torang Lumbantobing terhitung mulai Tahun 2004, pembangunan itu terasa menyentuh sampai ke pelosok pedalaman Tapanuli Utara. Bangunan-bangunan yang dahulu hanya merupakan peninggalan Hindia Belanda mulai dipugar dan tidak sedikit yang direhab total. Sekolah-sekolah mulai dibangun. Listrik-listrik sudah menerangi rumah-rumah penduduk. Memang benar, bukan Toluto (Torang Lumbantobing, red) yang memulai, tetapi setidak-tidaknya masyarakat mulai merasakan arti kemerdekaan yang sesungguhnya semenjak beliau menjadi Bupati. Dan pengakuan itu dapat kita lihat sekarang menjelang akhir jabatan beliau, di mana masyarakat Tapanuli Utara datang dari berbagai kecamatan hingga dusun, dari berbagai etnis, dari berbagai budaya dan adat, agama, kalangan, dan dari seluruh penjuru Kabupaten Tapanuli Utara. Mereka menyampaikan permohonan agar Toluto tetap bersedia menjadi “parhobas” mereka untuk membantu mereka dalam memenuhi kesejahteraan sosial mereka. Namun undang-undang dan peraturan melarangnya.
10 Tahun lebih mengabdi dalam pelayanannya sebagai pemimpin, bukan tidak banyak tantangan dan halangan yang melintang di setiap perjalanan dan kebijakan yang ditempuhnya. Bahkan, berbagai kalangan dan media massa juga banyak yang mengkritik kinerja beliau. Mulai dari tuduhan koruptor, hingga lainnya. Namun, apapun dan bagaimanapun mereka menghujat Toluto, masyarakat semakin banyak yang mendukung beliau untuk tetap maju meskipun beberapa elit politik lainnya menentang.
Menyikapi hal itu, Torang Lumbantobing dalam wawancara khusus menanggapi berbagai tudingan yang dihadapkan padanya. “Banyak suka dan duka yang saya alami dalam pengalaman saya menjadi pejabat, dan jujur saya akui bahwa saya sudah lelah dan letih”, ujar Toluto. “Memang benar, siapa orang didunia ini yang tidak butuh uang, siapa yang tidak butuh jabatan, dan lain sebagainya, namun sekali lagi saya sampaikan, saya sudah letih ketika harus bertahan untuk tetap tegar di dalam terpaan angin dan hujan. Namun melihat ketulusan hati masyarakat yang datang untuk menyampaikan permohonannya agar saya tetap maju, saya tidak tega melihat mereka kecewa”, lanjut Toluto. “Namun, sepanjang masih diperbolehkan oleh Undang-undang, saya akan coba”, sambungnya ketika ditanya mengenai jawaban kepada masyarakat pendukung.
Menyikapi kerendahan dan kebesaran hati Toluto, Ketua LSM P3KKN-JN, Jupiter R. Tamba mengatakan bahwa sebenarnya Beliau adalah Pejabat yang sangat dekat dengan rakyatnya dan bahkan sangat dicintai oleh rakyatnya. Pembangunan yang diprogramkannya telah menyentuh hati masyarakat. Jupiter kemudian menghimbau kepada seluruh masyarakat agar tetap berkomitmen untuk mendukung Toluto maju menjadi Pemimpin Rakyat dan bahkan siapapun yang dihunjuknya jikalau ternyata langkahnya terhalang oleh Undang-undang. “Saya hanya berkata sesuai fakta”, ujar Jupiter mengakhiri. (chompey)
0 komentar:
Posting Komentar